Selasa, 31 Juli 2018

PAYUDARA NYERI AKIBAT ASI TERSUMBAT – MASTITIS ??



Hallo Mom dan para Busui (Ibu menyusui), pasti ada beberapa dari momy yang ngalamin payudaranya bengkak & tersumbat saat nyusuin? Ko bisa yah mom? Yuuk kita saling sharing..

Aku ngalamin payudara bengkak & tersumbat ini beberapa kali waktu nyusuin. Istilah medisnya ini disebut Mastitis atau kata orang Sunda mah Ngabagel. Hehehe.. Jujur aja ga enak banget ngalamin ini, kenapa?

Karena yang dialamin pertama pasti ngerasa payudara nya kerasa nyeri, tiba-tiba ASI yang tadinya lancar jaya tiba-tiba jadi macet, ga bisa keluar ASI nya, apalagi kalo ditambah dengan demam, dan anaknya pun rewel jadi ga bisa nyusu, makin-makin mommy resah gundah gulana. Masih mending kalo yang sakitnya cuma satu payudara, ini kalo dua-duanya, anakpun ga bisa nyusuin sama sekali, pasti sedih banget deh.

Pertama kali sadar penyebabnya kenapa bisa terjadi radang payudara itu karena ASI lagi melimpah-limpahnya, tapi ga aku tampung di botol ASI buat stok di kulkas. Karena mikirnya waktu itu belum kerja, jadi ngapain aku nyetok ASI. Anaknya pun sangat berkecukupan dapet ASI nya. Jadi otomatis ASI nya penuh ga keluarin, sampe kadang ga sadar ASI nya netes-netes, bahkan bikin basah banjir baju.huhuu.. Jadi aku selalu pake Breast Pad, karena kalo ASI udah nempel kena baju, pasti aja bajunya jadi kuning.

Jangan sedih yah mom kalo masih ada yang berpikiran kalo yang payudaranya kecil ga bisa ngehasilin ASI nya banyak atau malah berpikiran ga bisa nyusuin. Itu pemikiran yang SALAH BESAR. Karena ada beberapa faktor yang bisa mendukung keberhasilan menyusui, bukan hanya dari ukuran payudara. Justru yang lebih penting salah satu syaratnya adalah puting mommy harus menonjol keluar. Karena beberapa temen aku yang memiliki ukuran payudaranya lebih besar gagal bisa menyusui karena mengeluh puting payudaranya ke dalam, ga menonjol keluar. Tapi bagi mommy yang ngalamin hal itu jangan langsung bersedih hati juga, karena itu masih bisa diusahakan, Seperti bisa dengan pijat payudara. Selama momy punya semangat kuat untuk bisa menyusui si kecil, coba yang terbaik yah mom.
Salah satu pendukung yang membuat ASI aku keluar banyak saat itu adalah aku selalu menyusui anak aku setiap 2 jam, termasuk di malam hari juga. Waktu itu anak aku lebih sering tidurnya dibanding bangunnya, jadi aku selalu membangunkannya untuk menyusui. Anakpun akan otomatis bangun kalo kita menyodorkan untuk disusui. Kita jangan menyepelekan anak yang lebih sering tidur atau jarang bangun untuk minta susu. Salah satu penyebabnya bisa karena anak itu kuning yang disebabkan oleh bilirubinnya tinggi, bahasa medisnya Ikterik. Salah satu cirinya Ikterik adalah anak males menyusu. Tersadar waktu kontrol ke bidan, liat kondisi anaknya agak kuning, sampe ke sklera mata terlihat agak kuning. Bidannya cuma bilang lebih banyak disusuin aja dan dijemur di jam 7-9 pagi. Alhamdulillah memang cespleng yah rajin disusuin dan dijemur langsung ga kuning lagi, tanpa perlu harus di RS untuk foto terapi. Jadi lebih hemat biaya perawatan di RS juga,hehehehe.

Selain lebih sering disusuin, aku lebih rajin makan sayuran, terutama yang hijau, dan konsumsi vitamin daun katuk, Asifit namanya. Sempet ketakutan juga ASI ga keluar, karena waktu hari pertama memang ga keluar, ga keliatan ada tanda-tanda ASI netes. Dicobain disusuin ke anaknya juga diem aja ga mau nyusu, ditambah karena anaknya juga tidur terus. Cuma inget pelajaran dari dosen waktu kuliah keperawatan maternitas bilang kalo bayi baru lahir wajar masih tahan ga nyusuin selama 3 hari dikarenakan ASI ibunya belum keluar. Karena  pada lambung bayi masih punya cadangan makanan di lambungnya sisa selama waktu dalam perut dapet makanan dari plasenta. Jadi selama 3 hari itu, mommy bisa berjuang ngelakuin cara-cara supaya ASI nya bisa keluar. Contohnya, waktu itu karena bayinya ga mau nyusu, tidur terus, aku rangsang ASI nya keluar dengan pompa ASI, alhasil yang namanya kolostrum itu keluar, horaaayyy.. dicoba pertama pake dot dulu kasih ke anaknya berhasil, lalu dilanjut disusuin langsung akhirnya bayinya pun mau.
Oke, kembali lagi ke Mastitis, setelah ngalamin itu, akhirnya aku minum paracetamol untuk demamnya, dan untuk ngelancarin ASInya lagi aku pijet payudara, bisa dibantu suami yah mom, plus kompres payudaranya gantian dengan kompres hangat dan dingin. Kalo saran dari temen aku, pake air anget dimasukin ke botol kaca terus dipake kompres, kayak cara kita buat kompres hangat ngilangin sakit kram perut saat menstruasi. Terus coba disusuin terus, dirangsang ASI nya mau keluar. Terus dilakuin sampe yang tersumbatnya jadi lancar lagi.

Pernah kedua kalinya aku ngalamin hal itu, tapi ga kunjung hilang sumbatannya. Akhirnya googling juga di internet, salah satu saran yang aku dapet adalah kompres pake daun kol, dan ajaibnya bisa berhasil mengurangi sumbatannya, lama-lama ASI pun lancar lagi. Whuaaa, banyak pelajaran yang didapet, kalo misalnya ASI nya udah penuh dipayudara jangan dibiarkan, harus tetap dikeluarkan, supaya ASI nya ga jadi sumbatan, yang malah bikin ASI pun malah susah keluar. Terutama kalo payudara jadi nyeri, ditambah demam, ditambah anak rewel ga bisa disusuin. Mudah-mudahan jadi pelajaran untuk nanti bisa nyusuin anak kedua.


Buat para momy yang pengen lebih tau tentang peradangan payudara (Mastitis) boleh simak penjelasan ini yah mom.


1.   Definisi dan Diagnosis
Mastitis merupakan suatu proses peradangan pada satu atau lebih segmen payudara yang mungkin disertai infeksi atau tanpa infeksi. Dalam proses ini dikenal pula istilah stasis ASI, mastitis tanpa infeksi, dan mastitis terinfeksi. Apabila ASI menetap di bagian tertentu payudara, karena saluran tersumbat atau karena payudara bengkak, maka ini disebut stasis ASI. Bila ASI tidak juga dikeluarkan, akan terjadi peradangan jaringan payudara yang disebut mastitis tanpa infeksi, dan bila telah terinfeksi bakteri disebut mastitis terinfeksi.

Diagnosis mastitis ditegakkan berdasarkan kumpulan gejala sebagai berikut:
·        Demam dengan suhu lebih dari 38,5oC
·        Menggigil
·        Nyeri atau ngilu seluruh tubuh
·        Payudara menjadi kemerahan, tegang, panas, bengkak, dan terasa sangat nyeri.
·        Peningkatan kadar natrium dalam ASI yang membuat bayi menolak menyusu karena ASI terasa asin
·        Timbul garis-garis merah ke arah ketiak.

2.   Faktor risiko terjadinya mastitis antara lain:
a.    Terdapat riwayat mastitis pada anak sebelumnya.
b.   Puting lecet.
Puting lecet menyebabkan timbulnya rasa nyeri yang membuat kebanyakan ibu menghindari pengosongan payudara secara sempurna.
c.    Frekuensi menyusui yang jarang atau waktu menyusui yang pendek.
Biasanya mulai terjadi pada malam hari saat ibu tidak memberikan bayinya minum sepanjang malam atau pada ibu yang menyusui dengan tergesa-gesa.
d.   Pengosongan payudara yang tidak sempurna
Pelekatan bayi pada payudara yang kurang baik. Bayi yang hanya mengisap puting (tidak termasuk areola) menyebabkan puting terhimpit diantara gusi atau bibir sehingga aliran ASI tidak sempurna.
e.   Ibu atau bayi sakit.
f.    Frenulum pendek.
g.    Produksi ASI yang terlalu banyak.
h.   Berhenti menyusu secara cepat/ mendadak, misalnya saat bepergian.
i.     Penekanan payudara misalnya oleh bra yang terlalu ketat atau sabuk pengaman pada mobil.
j.    Sumbatan pada saluran atau muara saluran oleh gumpalan ASI, jamur,serpihan kulit, dan lain-lain.
k.    Penggunaan krim pada puting.
l.     Ibu stres atau kelelahan.
m.  Ibu malnutrisi. Hal ini berhubungan dengan daya tahan tubuh yang rendah.

3.   Pencegahan
Pencegahan terhadap kejadian mastitis dapat dilakukan dengan memperhatikan faktor risiko di atas. Bila payudara penuh dan bengkak (engorgement), bayi biasanya menjadi sulit melekat dengan baik, karena permukaan payudara menjadi sangat tegang. Ibu dibantu untuk mengeluarkan sebagian ASI setiap 3 - 4 jam dengan cara memerah dengan tangan atau pompa ASI yang direkomendasikan. Sebelum memerah ASI pijatan di leher dan punggung dapat merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang menyebabkan ASI mengalir dan rasa nyeri berkurang. Teknik memerah dengan tangan yang benar perlu diperlihatkan dan diajarkan kepada ibu agar perahan tersebut efektif. ASI hasil perahan dapat diminumkan ke bayi dengan menggunakan cangkir atau sendok. Pembengkakan payudara ini perlu segera ditangani untuk mencegah terjadinya feedback inhibitor of lactin (FIL) yang menghambat penyaluran ASI.

Pengosongan yang tidak sempurna atau tertekannya duktus akibat pakaian yang ketat dapat menyebabkan ASI terbendung. Ibu dianjurkan untuk segera memeriksa payudaranya bila teraba benjolan, terasa nyeri dan kemerahan. Selain itu ibu juga perlu beristirahat, meningkatkan frekuensi menyusui terutama pada sisi payudara yang bermasalah serta melakukan pijatan dan kompres hangat di daerah benjolan.

Pada kasus puting lecet, bayi yang tidak tenang saat menetek, dan ibu-ibu yang merasa ASInya kurang, perlu dibantu untuk mengatasi masalahnya. Pada peradangan puting dapat diterapi dengan suatu bahan penyembuh luka seperti atau lanolin, yang segera meresap ke jaringan sebelum bayi menyusu. Pada tahap awal pengobatan dapat dilakukan dengan mengoleskan ASI akhir (hind milk) setelah menyusui pada puting dan areola dan dibiarkan mengering. Tidak ada bukti dari literatur yang mendukung penggunaan bahan topikal lainnya.

Kelelahan sering menjadi pencetus terjadinya mastitis. Seorang tenaga kesehatan harus selalu menganjurkan ibu menyusui cukup beristirahat dan juga mengingatkan anggota keluarga lainnya bahwa seorang ibu menyusui membutuhkan lebih banyak bantuan.

Ibu harus senantiasa memperhatikan kebersihan tangannya karena Staphylococcus aureus adalah kuman komensal yang paling banyak terdapat di rumah sakit maupun masyarakat. Penting sekali untuk tenaga kesehatan rumah sakit, ibu yang baru pertama kali menyusui dan keluarganya untuk mengetahui teknik mencuci tangan yang baik. Alat pompa ASI juga biasanya menjadi sumber kontaminasi sehingga perlu dicuci dengan sabun dan air panas setelah digunakan.

4.   Tata laksana
§  Tata laksana suportif
Tata laksana mastitis dimulai dengan memperbaiki teknik menyusui ibu. Aliran ASI yang baik merupakan hal penting dalam tata laksana mastitis karena stasis ASI merupakan masalah yang biasanya mengawali terjadinya mastitis. Ibu dianjurkan agar lebih sering menyusui dimulai dari payudara yang bermasalah. Tetapi bila ibu merasa sangat nyeri, ibu dapat mulai menyusui dari sisi payudara yang sehat, kemudian sesegera mungkin dipindahkan ke payudara bermasalah, bila sebagian ASI telah menetes (let down) dan nyeri sudah berkurang. Posisikan bayi pada payudara sedemikian rupa sehingga dagu atau ujung hidung berada pada tempat yang mengalami sumbatan. Hal ini akan membantu mengalirkan ASI dari daerah tersebut.

Ibu dan bayi biasanya mempunyai jenis pola kuman yang sama, demikian pula pada saat terjadi mastitis sehingga proses menyusui dapat terus dilanjutkan dan ibu tidak perlu khawatir terjadi transmisi bakteri ke bayinya. Tidak ada bukti terjadi gangguan kesehatan pada bayi yang terus menyusu dari payudara yang mengalami mastitis. Ibu yang tidak mampu melanjutkan menyusui harus memerah ASI dari payudara dengan tangan atau pompa. Penghentian menyusui dengan segera memicu risiko yang lebih besar terhadap terjadinya abses dibandingkan yang melanjutkan menyusui. Pijatan payudara yang dilakukan dengan jari-jari yang dilumuri minyak atau krim selama proses menyusui dari daerah sumbatan ke arah puting juga dapat membantu melancarkan aliran ASI.

Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah ibu harus beristirahat, mengkonsumsi cairan yang adekuat dan nutrisi berimbang. Anggota keluarga yang lain perlu membantu ibu di rumah agar ibu dapat beristirahat. Kompres hangat terutama saat menyusu akan sangat membantu mengalirkan ASI. Setelah menyusui atau memerah ASI, kompres dingin dapat dipakai untuk mengurangi nyeri dan bengkak. Pada payudara yang sangat bengkak kompres panas kadang membuat rasa nyeri bertambah. Pada kondisi ini kompres dingin justru membuat ibu lebih nyaman. Keputusan untuk memilih kompres panas atau dingin lebih tergantung pada kenyamanan ibu.

Perawatan di rumah sakit dipertimbangkan bila ibu sakit berat atau tidak ada yang dapat membantunya di rumah. Selama di rumah sakit dianjurkan rawat gabung ibu dan bayi agar proses menyusui terus berlangsung.

§  Penggunaan obat-obatan
Meskipun ibu menyusui sering enggan untuk mengkonsumsi obat, ibu dengan mastitis dianjurkan untuk mengkonsumsi beberapa obat sesuai indikasi.

a)   Analgesik
Rasa nyeri merupakan faktor penghambat produksi hormon oksitosin yang berguna dalam proses pengeluaran ASI. Analgesik diberikan untuk mengurangi rasa nyeri pada mastitis. Analgesik yang dianjurkan adalah obat anti inflamasi seperti ibuprofen. Ibuprofen lebih efektif dalam menurunkan gejala yang berhubungan dengan peradangan dibandingkan parasetamol atau asetaminofen. Ibuprofen sampai dosis 1,6 gram per hari tidak terdeteksi pada ASI sehingga direkomendasikan untuk ibu menyusui yang mengalami mastitis.

b)   Antibiotik
Jika gejala mastitis masih ringan dan berlangsung kurang dari 24 jam, maka perawatan konservatif (mengalirkan ASI dan perawatan suportif) sudah cukup membantu. Jika tidak terlihat perbaikan gejala dalam 12 - 24 jam atau jika ibu tampak sakit berat, antibiotik harus segera diberikan. Jenis antibiotik yang biasa digunakan adalah dikloksasilin atau flukloksasilin 500 mg setiap 6 jam secara oral. Dikloksasilin mempunyai waktu paruh yang lebih singkat dalam darah dan lebih banyak efek sampingnya ke hati dibandingkan flukloksasilin. Pemberian per oral lebih dianjurkan karena pemberian secara intravena sering menyebabkan peradangan pembuluh darah. Sefaleksin biasanya aman untuk ibu hamil yang alergi terhadap penisillin tetapi untuk kasus hipersensitif penisillin yang berat lebih dianjurkan klindamisin.

Antibiotik diberikan paling sedikit selama 10 - 14 hari. Biasanya ibu menghentikan antibiotik sebelum waktunya karena merasa telah membaik. Hal ini meningkatkan risiko terjadinya mastitis berulang. Tetapi perlu pula diingat bahwa pemberian antibiotik yang cukup lama dapat meningkatkan risiko terjadinya infeksi jamur pada payudara dan vagina.

Pada penelitian yang dilakukan Jahanfar diperlihatkan bahwa pemberian antibiotik disertai dengan pengosongan payudara pada mastitis mempercepat penyembuhan bila dibandingkan dengan pengosongan payudara saja. Sedangkan penelitian Jimenez dkk. memperlihatkan bahwa pemberian Lactobacillus salivarius dan Lactobacillus gasseri mempercepat perbaikan kondisi klinik pada kasus mastitis yang sementara mendapat antibiotik.

Pemantauan
Respon klinik terhadap penatalaksanaan di atas dibagi atas respon klinik cepat dan respon klinik dramatis. Jika gejalanya tidak berkurang dalam beberapa hari dengan terapi yang adekuat termasuk antibiotik, harus dipertimbangkan diagnosis banding. Pemeriksaan lebih lanjut mungkin diperlukan untuk mengidentifikasi kuman-kuman yang resisten, adanya abses atau massa padat yang mendasari terjadinya mastitis seperti karsinoma duktal atau limfoma non Hodgkin. Berulangnya kejadian mastitis lebih dari dua kali pada tempat yang sama juga menjadi alasan dilakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk menyingkirkan kemungkinan adanya massa tumor, kista atau galaktokel.

5.   Komplikasi
a)   Penghentian menyusui dini
Mastitis dapat menimbulkan berbagai gejala akut yang membuat seorang ibu memutuskan untuk berhenti menyusui. Penghentian menyusui secara mendadak dapat meningkatkan risiko terjadinya abses. Selain itu ibu juga khawatir kalau obat yang mereka konsumsi tidak aman untuk bayi mereka. Oleh karena itu penatalaksanaan yang efektif, informasi yang jelas dan dukungan tenaga kesehatan dan keluarga sangat diperlukan saat ini.

b)   Abses
Abses merupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat. Bila terdapat daerah payudara teraba keras , merah dan tegang walaupun ibu telah diterapi, maka kita harus pikirkan kemungkinan terjadinya abses. Kurang lebih 3% dari kejadian mastitis berlanjut menjadi abses. Pemeriksaan USG payudara diperlukan untuk mengidentifikasi adanya cairan yang terkumpul. Cairan ini dapat dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus yang berfungsi sebagai diagnostik sekaligus terapi, bahkan mungkin diperlukan aspirasi jarum secara serial. Pada abses yang sangat besar terkadang diperlukan tindakan bedah. Selama tindakan ini dilakukan ibu harus mendapat antibiotik. ASI dari sekitar tempat abses juga perlu dikultur agar antibiotik yang diberikan sesuai dengan jenis kumannya.

c)   Mastitis berulang/kronis
Mastitis berulang biasanya disebabkan karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat. Ibu harus benar-benar beristirahat, banyak minum, makanan dengan gizi berimbang, serta mengatasi stress. Pada kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri diberikan antibiotik dosis rendah (eritromisin 500 mg sekali sehari) selama masa menyusui

d)   Infeksi jamur
Komplikasi sekunder pada mastitis berulang adalah infeksi oleh jamur seperti candida albicans. Keadaan ini sering ditemukan setelah ibu mendapat terapi antibiotik. Infeksi jamur biasanya didiagnosis berdasarkan nyeri berupa rasa terbakar yang menjalar di sepanjang saluran ASI. Di antara waktu menyusu permukaan payudara terasa gatal. Puting mungkin tidak nampak kelainan. Ibu dan bayi perlu diobati. Pengobatan terbaik adalah mengoles nistatin krem yang juga mengandung kortison ke puting dan areola setiap selesai bayi menyusu dan bayi juga harus diberi nistatin oral pada saat yang sama.

...
Hallo Mom, saling sharing yaah, silahkan tinggalkan komentar & saran. Thq mom ^^

REFERENSI :
Ema Alasiry. _____. http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/mastitis-pencegahan-dan-penanganan. Diakses pada tanggal 20 April 2018

Minggu, 29 Juli 2018

UDEL/ PUSAR BODONG ITU TERNYATA HERNIA??


Ada yang punya udel/pusar bodong? Atau mungkin pernah liat? Terus pernah kepikiran ga sih kenapa udelnya bisa bodong?. 


Macam-Macam Udel
Kita bahas dulu pengertian udel dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaah, yaitu lekuk kecil di bagian tengah perut; pusar. Pusar adalah suatu tanda lubang tertutup di atas perut, yang dibuat oleh sengaja ketika tali pusar dilepas dan digunting dari perut bayi yang baru lahir agar terlepas dari plasentanya pada saat setelah keluarnya plasenta (Wikipedia).

Ternyata setiap orang memiliki udel yang berbeda yah. Naah no.1 udah keliatan beda banget kan yah dibanding yang lain, kenapa? Karena udelnya cenderung keluar, atau yang biasa kita sebut dengan udel bodong.

Sekarang jadi muncul pertanyaan kenapa bisa udelnya keluar? apa salah dari saat pengguntingan tali pusarnya kah? Kita simak dulu cerita anak aku yah, berikut ceritanya…

Jadi saat waktu lahir kan biasanya masih nempel itu sisa tali pusar yang belum copot dengan sendirinya. Saat usia anak aku, kaka, masih 5 hari, akhirnya puput lah itu tali pusarnya (alias copot). Alhamdulillah cepet kering, tanpa adanya tanda infeksi dan terlihat normal seperti udel yang lainnya masuk ke dalam. Tapi setelah beberapa hari kemudian, terutama kalo kaka lagi nangis atau ketawa, ko keliatan agak aneh yah udelnya, jadi nonjol gitu, kayak yang bodong. Waaah yang ada di pikiran aku adalah udel kaka bodong dan gimana caranya supaya bisa masuk lagi ke dalem. Lalu jiwa mak google pun juga datang, cari tau di internet, dan ternyata itu bisa dibilang salah satu hernia, jenisnya Hernia Umbilikalis.


Ada perasaan nyesel juga sih kenapa ga aku pakein itu gurita dari bayi baru lahir yah. Pantesan aja mak-mak jaman dulu kenapa suka makein gurita anaknya plus ditempelin koin yang dililit kain dulu, diteken supaya ga bodong udelnya katanya. Ternyata itu salah satu fungsinya, mungkin orang jaman dulu ga tau dan mungkin ga ngerti kalo udel bodong itu sebenernya hernia umbilkalis. Kita sekarang cari tau dulu apa itu hernia umbilikalis yuuk.

PENGERTIAN
Hernia merupakan penonjolan yang tidak normal organ dalam perut melalui suatu defek (bukaan). Nama hernia berdasarkan lokasi lubang defeknya, misalnya hernia inguninalis, hernia femoralis, hernia umbilikalis, dan lain sebagainya. Hernia umbilikalis merupakan penonjolan organ dalam perut keluar dari daerah pusar akibat kelemahan jaringan penyambung dan otot perut. Kelemahan tersebut membentuk suatu “bukaan” yang dikenal dengan defek, yang menyebabkan jaringan lemak dan organ dalam perut di bawah pusar dapat ikut menonjol keluar. Hernia umbilikalis sering terjadi pada anak-anak, namun dapat pula terjadi pada orang dewasa walaupun jarang. Pada anak-anak, defek seringkali tertutup seiring bertambahnya usia dan tidak membutuhkan tindakan pembedahan. Pada dewasa, hernia umbilikalis tidak dapat sembuh sendiri dan hanya dapat diperbaiki dengan tindakan bedah.

PENYEBAB
Ada dua tipe hernia umbilikalis yaitu kongenital (terjadi saat bayi baru lahir) dan didapat. Tali pusat tersambung dengan pusar selama kehamilan dan tali pusat tersebut berisi pembuluh darah yang memberi makanan ke janin sehingga adanya bukaan yang alamiah pada otot di daerah tersebut. Ketika area dengan otot tersebut tidak menutup secara sempurna setelah lahir, dapat terbentuk hernia umbilikalis. Umumnya, anak-anak dengan hernia umbilikalis namun tanpa gejala hanya diobservasi saja sampai mereka mencapai usia sekolah sebelum dipertimbangkan untuk memperbaiki defek tersebut dengan tindakan bedah.

FAKTOR RISIKO
Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko terjadinya hernia umbilikalis:
•         Batuk yang berlangsung lama;
•         Merokok;
•         Obesitas;
•         Mengangkat beban berat;
•         Kehamilan;
•         Pengobatan tertentu, seperti steroid;
•         KELAHIRAN PREMATUR.

GEJALA
Gejala hernia umbilikalis adalah adanya tonjolan pada atau di dekat daerah pusar, dapat pula dirasakan nyeri atau tekanan pada perut, tonjolan bisa bertambah keluar terutama bila penderita batuk atau mengejan.

PENGOBATAN
Pengobatan untuk orang dewasa adalah dengan tindakan pembedahan. Hernia kongenital pada anak biasanya menghilang seiring dengan bertambahnya usia, tanpa tindakan pembedahan. Secara umum, anak-anak usia di bawah 5 tahun tidak membutuhkan tindakan pembedahan. Anak-anak dengan hernia umbilikalis yang mempunyai defek lebih besar dari 1 cm, kecil kemungkinan untuk dapat menutup sendiri sehingga membutuhkan tindakan pembedahan.

..
Naah, aku besarin dan tebelin huruf di Faktor Risiko yang di atas yah, yaitu Kelahiran Prematur. Aku anggap penyebab kaka bisa seperti ini karena dia lahir lebih cepat, mungkin di saat otot perut dia belum menutup sempurna, dan disaat lahir di dunia dia sudah bisa menangis, ketawa, batuk, dimana semua itu perlu pake kekuatan perut. Sehingga terdoronglah ususnya keluar, padahal dinding perutnya belum tertutup sempurna, sehingga terlihat udelnya menonjol.

Apa aku menyerah ngeliat udel dia bodong?? Ga bukibuukk.. Aku cari tau cara supaya bisa bantu udelnya masuk lagi. Salah satunya pernah liat di google sharing pengalaman yang sama, kalo tindakannya pake plester kertas yang warna putih, direkatkan dengan cara udelnya didorong masuk dulu. Aku coba 2 bulan saat itu, sampe kasian kalo mau ganti plesternya takut udelnya lecet atau malah infeksi karena ga bersih perawatannya. Akhirnya ga tahan liat kaka buka pasang plester, aku lepas aja, memang terlihat perbedaan kalo udelnya cenderung lebih masuk dibanding sebelumnya. Tapi setelah seminggu lewat, udelnya kembali bodong lagi membesar. Fiiuuuh, ga berhasil seperti yang sharing pengalamannya. Aku dan suami pasrah aja, berharap bisa sembuh dengan sendirinya, seperti jawaban dari dokter bilang kalo masih kecil kasian harus operasi, tunggu aja sampe anaknya umur 5 tahun. Risiko untuk hernia umbilikalis juga cenderung sedikit dibanding dengan hernia inguinalis. Jadi masih aman aja untuk kesehatan kalo udel bodongnya ga diapa-apain.

Oke, anaknya anteng, ga ada keluhan saat masih usia segini, anaknya belum ngerti. Yang ada dipikiran aku itu bakalan berpengaruh ke psikososial anaknya nanti, kasian takut anaknya ga pede saat dia udah mulai masuk sekolah, terutama kalo nanti ada kegiatan renang, yang namanya cowok pasti telanjang dada. Namanya juga anak sekolah pasti ada bullying di lingkungan sekolahnya, aku takut anak aku salah satu orang yang dibullying.huhuhuuu..

Oke menjelang anaknya umur 9 bulan aku lupa dengan kejadian itu, beraktifitas seperti biasa. Setelah beberapa lama kemudian saat kaka ngalamin diare yang mengharuskan kaka dibawa ke UGD dan ternyata harus dirawat. Naah waktu pas visit dokter pertama, dr, Hetty, Sp. A, di RS. Santo Yusuf, dokter langsung lihat kondisi perutnya kaka karena diarenya, tapi dokter juga komentar yang lain, “Anaknya hernia umbilikalis yah Bu, harus ke dokter bedah anak, kebetulan di sini udah gak ada dokter bedah anak, dikonsulin dulu aja.”

Nah, naah loh, denger yang dokter omongin, yang udah ga kepikiran, jadi kepikiran lagi kan kalo gitu. Setelah omongan dokter itu, jadi setiap kita ke dokter anak kalo kebeneran kaka lagi periksa waktu sakit, pasti aku sekalian nanyain tentang udelnya dan testisnya juga. Sambil menyelam minum air yah mom.

Kebetulan waktu lahir di bidan, kaka dibilang testisnya juga belum turun satu mom, lebih jelasnya boleh baca di artikel aku lainnya tentang sharing testis anak belum turunsatu, bahayakah?. Contohnya waktu pas periksa di Prof.dr. Dadang, Sp.A (K) di RS. Limijati, yang ngantrinya luar biasa itu, Alhamdulillah nanya tentang testisnya, setelah dicek udah turun dua-duanya. Naah tentang hernia umbikalis nya juga dijawab, katanya kalo masih kecil, masih bisa nutup sendiri lubangnya. Cukup puas dengan jawaban saat itu tentang testisnya, tapi kurang puas dengan jawaban hernia nya, masih penasaran dengan jawaban dokter lainnya.

Lalu saat kita berobat ke ke Prof. dr. Herry Garna, Sp.A deket Antapani, saat itu kaka demam dan batuk, terus kita tanya juga tentang udelnya. Beliau cuma jawab, karena saat lahir pemotongan ari-arinya yang entah kependekan atau kepanjangan. Waaah makin ragu lagi, dan masih belum puas juga sama jawabannya, mungkin kita pikir memang harus konsul ke dokter bedah anak langsung.

Akhirnya kita memutuskan nyari dokter bedah anak di Bandung, masih kebilang sedikit dan ga disemua RS ada dokter Bedah Anak. Akhirnya pilihannya jatuh ke dr. Bustanul Arifin, Sp.BA (K) di RS. Advent, atau dr. Diki Drajat, Sp.BA (K) di RS. Hermina Pasteur Bandung. Setelah liat-liat jadwalnya, kita ke dr. Bustanul aja di Advent pas jam siang pulang kerja. Bayarnya Rp.150.000,- untuk dokternya aja. Nunggu lama, karena dokter lagi ada jadwal operasi, pas dipanggil kita diperiksa sebentar, ujung jari kelingking dokter dimasukin ke udelnya, dan dokternya bilang, “Waah ini mah masih kecil lubangnya, ga apa-apa”. Jawabannya bikin kita antara bingung atau harus seneng, terus kita lanjut konsul lagi di meja dokter. Dokternya ngejelasin kalo ini namanya Hernia Umbilikalis, komplikasinya jarang pada kasus di umbilikalis, kalo anaknya ga ada keluhan, dibiarkan dulu, sampai usia sekitar 5 tahun masih ada kemungkinan menutup dengan sendirinya”. Okee, aku dapet poinnya kalo saat ini anaknya aman sehat, kalo memang udah umur 5 tahun masih juga bodong boleh pilih operasi jika diharuskan. Akhirnya kita pulang dengan jawaban yang lebih meyakinkan dan menenangkan hati.

Saat ini kaka udelnya masih bodong, terutama kalo lagi ketawa, nangis, batuk, dan ngeden. Selalu ada rasa khawatir, apalagi sekarang umurnya udah 4 taun, udah mulai masuk kelompok bermain, ga kerasa udah mau umur 5 tahun, sebentar lagi masuk dunia sekolah yang sebenernya. Aku cuma berharap kalo kaka bisa sehat selalu, semoga ada keajaiban kalo lubang di perutnya sedikit-sedikit bisa nutup, dan bisa sembuh seperti anak lainnya, ga jadi korban bullying temen-temennya nanti. Terutana ga harus sampe ke tindakan operasi bedah. Amiin ya Allah..

Bagi para orang tua yang udah ngerasa ngeuh sama anaknya yang punya udel bodong, terutama anaknya masih bayi, boleh tuh dicoba ditutup pake koin yang dililit kain dlu, diguritain juga. Atau kalo gak mau ribet, bisa pake plester putih yah, jangan lupa dimasukin dulu udelnya ke dalem sebelum ditutup. Lambat laun juga mudah-mudahan nanti dinding perutnya nutup sendiri. 

Semangat terus para mommy, boleh saling sharing & komen di kolom bawah yaah ^^.


REFERENSI :

Levandi Mulya. (2017). “Hernia Umbilikalis”. http://www.kerjanya.net/faq/4450-hernia-umbilikalis.html. (diakses tanggal 12 April 2018)

Kbbi.___.”Udel”. https://www.kbbi.web.id/udel . (diakses tanggal 12 April 2018)


Eka L. Prasetya. ___.https://uzone.id/udel-menunjukkan-karakter-penasaran-kan-/ (diakses tanggal 12 April 2018)



Selasa, 24 Juli 2018

TESTIS ANAK BELUM TURUN SATU, BAHAYAKAH?


Hallo Mom, ada yang punya pengalaman sama ga kalo anaknya cuma punya testis satu?. Beneran cuma punya satu atau memang ternyata testis nya belum turun satu ke skrotumnya??. Kalo ada yang belum tau testis dan skrotum itu yang mana, kita bahas satu-satu yah mom.

Testis atau biasa disebut sebagai pelir atau biji kemaluan adalah organ berbentuk oval yang berada di dalam kantung di sebelah kanan dan kiri bagian belakang penis. Tugas utama dari testis adalah untuk memproduksi dan menyimpan sperma serta memproduksi testosteron. Testosteron adalah hormon pria yang bertanggung jawab untuk seluruh perubahan pada tubuh yang terjadi selama masa pubertas. Sedangkan skrotum atau kantung pelir adalah kantung (terdiri dari kulit dan otot) yang membungkus testis atau buah zakar.
Naah, sekarang aku coba sharing pengalaman aku yah mom, semoga bermanfaat.

Waktu tanggal 6 April 2014 telah lahir jagoanku, Rajata, jam 11 siang di bidan dekat rumahku. Waktu sebelum melahirkan kondisi usia kehamilan aku 36 minggu 5 hari. Setau aku dari ilmu keperawatan maternitas yang dulu aku dapet pas kuliah, kalo usia kehamilan itu matang di usia minimal 37 minggu, dengan maksimal 42 minggu. Karena pada usia itu janin telah memiliki ukuran maupun juga kematangan yang sudah siap dilahirkan. Bukan hanya itu, organ-organ tubuhnya juga sudah terbentuk secara sempurna, antara lain adalah dengan adanya ginjal, hati, dan paru.

Semakin ilmu berkembang, ada sumber lain ‘ACOG’  menyatakan bahwa persalinan cukup umur adalah saat janin berusia 39-40 minggu di dalam kandungan. “Persalinan yang direncanakan melalui operasi Caesar atau dengan induksi yang tidak disertai indikasi medis sebaiknya tidak terjadi di usia kehamilan di bawah 39 minggu. Perbedaan beberapa hari saja sangat berarti untuk masa depan ibu dan bayi.” jelas Dr Jeffrey Ecker, dari Massachusetts General Hospital seperti dikutip oleh situs Daily Mail.

Kaka lahir sehat di bidan dekat rumahku, dengan berat badan 2,4 kg, tinggi badan 47cm. Kita lihat berat badan normal menurut WHO.

Berat badan normal bayi baru lahir berbeda antara bayi laki-laki dan perempuan.
·        Bayi yang berada antara batas normal bawah dan batas normal atas (Laki-laki: 2.5 s/d 3.9 kg / Perempuan: 2.4 s/d 3.9 kg) termasuk dalam berat badan normal sesuai usianya.
·        Bayi yang beratnya berada di bawah batas normal bawah (Laki-laki: < 2.5 kg / Perempuan: < 2.4 kg) termasuk underweight(berat badan kurang)
·        Bayi yang beratnya berada di bawah nilai underweight (Laki-laki: < 2.1 kg / Perempuan: < 2 kg) harus memperoleh penanganan dari dokter(kemungkinan besar terjadi gizi buruk)
·        Bayi yang beratnya berada di atas batas atas normal termasuk overweight (Laki-laki: > 4.4 kg / Perempuan: > 4.2 kg)(kelebihan berat badan). Lakukanlah diet untuk menurunkan berat badan.
·        Bayi yang beratnya berada di atas nilai overweight (Laki-laki: > 5 kg / Perempuan: > 4.8 kg) harus diwaspadai sebagai gejala obesitas

Oke, aku ambil kesimpulan kalo berat badan kaka termasuk Underweight, alias berat badan kurang. Mungkin penyebabnya karena kaka lahirnya lebih cepat 23 hari dari tafsiran lahir, dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Padahal aku udah begitu ketakutan berat badan anaknya besar saat lahir, jadi berusaha ng’rem makan banyak yang manis-manis, termasuk es krim, supaya bisa lahiran normal, jadi ga susah ngeluarinnya,,hihii.. Eh taunya lebih cepet kaka nya pengen keluar dari perutnya.

Saat kaka udah keluar, dimandiin, terus dicek kelengkapan semua fisiknya sama bidannya. Bersyukur banget kalo bidannya jeli, mendetail semuanya dicek. Bidannya langsung ngedeketin bayinya ke badan aku, terus bilang kalo kaka ada kayak tanda item kecoklatan di bagian tangan dan perut, tapi biasanya bakalan ilang sendiri. Dan memang bener, sekarang udah ga ada tanda hitamnya di badannya, paling sisa tanda lahir aja. Naah untuk bagian testis, ibu bidannya bilang kalo satu testis kaka yang sebelah kanan belum turun, aku agak panik sih, tapi bidannya berusaha nenangin katanya nanti juga bisa turun sendiri. Mudah-mudahan aja yaah harapan aku anak bisa sehat lengkap sempurna.

Kaka imunisasi setiap bulan jadwalnya ke bidan, sambal dicek juga kondisi fisik kaka, termasuk testisnya. Ternyata bulan 1-2 belum turun aja, naah bulan ke 3 udah mulai keliatan ada, cuma aku nya ga pede karena belum dicek bidan lagi. Cuma pas kaka 6 bulan, pas udah mulai makan, kaka nya mulai ririwit sakit, waktu itu demam beberapa hari. Aku putusin buat ke dokter anak, Prof. dr. Dadang, Sp.A di RS. Limijati. Sambil konsul tentang demamnya, tentang nutrisi makannya juga, aku konsul sekalian tentang testisnya. Ternyata kata dokternya pas dipegang udah ada, udah lengkap dua-duanya. Waah terharu dan ngerasa lega banget, paniknya juga langsung ilang. Soalnya secara testis itu masa depan buat anak laki-laki, terkait dengan kesuburannya.


Yuuk kita cari tau dulu apa itu testis turun? Kenapa sih bisa testis ga turun?
Contoh Gambar Testis Belum Turun Satu

§  Testis tidak turun (kriptorkismus) atau undescended testicle
adalah kondisi testis yang belum pindah ke posisi yang tepat dalam kantong kulit yang tergantung di bawah penis atau skrotum. Biasanya hanya satu testis yang terkena, tetapi sekitar 10% dari kasus yang terjadi, kedua testis tidak turun. Apa penyebabnya dan apakah berbahaya?

§  Apakah bahaya jika testis tidak turun?
Testis yang tidak turun cukup umum terjadi pada bayi laki-laki yang lahir prematur atau lahir dengan kondisi tubuh sangat kecil. Dokter tidak benar-benar tahu apa yang menyebabkannya. Kondisi ini umumnya terjadi karena faktor turunan.

Tahukah mom testis tidak turun sangat erat berkaitan dengan kesuburan? Hal ini karena testis merupakan kelenjar berbentuk telur yang menghasilkan spermatozoa. Testis tumbuh dan membesar di dalam perut, dekat ginjal.

Normalnya, sesaat sebelum bayi lahir, testis akan turun ke skrotum atau kantung buah zakar. Mengapa testis harus turun ke dalam kantung buah zakar dan apa akibatnya jika tidak turun?

1)      Gangguan kesuburan
Testis yang tidak turun akan mengakibatkan gangguan kesuburan. Penelitian menunjukkan, jika hanya satu testis yang tidak turun, maka tingkat kesuburan seseorang akan menjadi 80 persen. Kalau dua-duanya tidak turun, maka tingkat kesuburannya hanya 50 persen. Mengapa? Karena suhu di dalam perut lebih tinggi dari suhu di kantong kemaluan, maka pembentukan sperma akan terganggu.

2)      Bisa menyebabkan tumor
Bila testis tidak turun, ia berisiko akan berkembang menjadi sel ganas atau tumor testis. Karena normalnya testis harus turun di dalam kantung buah zakar, jika testis tumbuh di tempat lain akan bisa berkembang menjadi sel ganas.

Selain itu, meski hanya satu testis yang tidak turun, keadaan ini bisa mempengaruhi testis normal yang berada di skrotum. Misalnya, salah satu testis tumbuh dalam perut dan tidak turun ke skrotum, sementara yang satunya normal dan turun ke kantung buah zakar. Testis yang tumbuh di dalam perut bisa berkembang menjadi sel ganas dan mempengaruhi testis satunya yang turun normal ke skrotum. Akibatnya, testis yang normal akan ikut menjadi rusak dan bisa juga terkena risiko kanker.

§  Pengaruh pada anak jika testis tidak turun
Bahayanya jika testis tetap berada di dalam perut sampai berusia 12 tahun, maka anak akan tidak bisa memproduksi sperma seterusnya (mandul). Akibat lain, dampak psikososial yang bisa dialami anak. Anak yang testisnya tidak turun bisa menjadi minder. Jika anak sudah besar dan mengerti fungsi testis, anak akan bertanya-tanya, mengapa ia tidak punya testis.

Dengan adanya risiko-risiko semacam itu, orang tua memang harus waspada dan sedini mungkin mengetahui apakah si kecil mengalami kelainan ini atau tidak. Apalagi, penelitian menunjukkan sekitar 3 persen bayi yang lahir normal akan mengalami testis tidak turun. Pada bayi prematur, kemungkinannya lebih tinggi, bisa 20 sampai 30 persen. Misalnya, bayi yang lahir prematur pada usia 7 bulan, di usia kehamilan 7 bulan memang belum waktunya testis turun, sehingga wajar kalau persentasinya lebih tinggi.

§  Penyebab testis tidak turun
Lantas, apa yang menjadi penyebab testis tidak turun? Hingga saat ini belum diketahui secara pasti. Namun, sampai saat ini diduga ada dua penyebab utama, yakni karena kekurangan hormon dan ada semacam fiber atau serat yang menghambat turunnya testis. Testis yang seharusnya mulai turun ke kantung buah zakar pada saat janin berusia 7 bulan, bila ternyata tidak turun setelah bayi lahir, maka masih bisa ditunggu sampai bayi berusia 9 bulan. Sebagian besar, sekitar 75 persen bayi cukup bulan dan 90 persen bayi kurang bulan dengan kriptorkismus akan sembuh sendiri.

Secara fisiologis, testis masih bisa turun dengan sendirinya sampai bayi berusia 9 bulan. Biasanya akan diobservasi saat anak berusia 3 bulan, 6 bulan, dan 9 bulan, apakah testisnya sudah turun. Kalau sampai berusia 9 bulan testis tidak turun, biasanya tidak akan turun lagi dan harus diobati.

§  Ciri-ciri testis tidak turun
Gejalanya sendiri memang tidak mudah dideteksi. Anak tidak merasa sakit dan tidak ada keluhan apa-apa. Jadi, memang susah untuk mendeteksinya. Apalagi mengharapkan anak yang melaporkan ada ‘sesuatu’.

Karenanya, biasanya setelah bayi laki-laki lahir, dokter harus memastikan apakah testisnya sudah turun. Ini harus dipastikan dan harus memberi tahu orang tua anak.

Kalau ternyata testis belum turun, dokter juga sebaiknya memberi tahu bahwa masih mungkin turun sampai anak berusia 9 bulan. Orang tua pun bisa mencurigai keadaan testis anaknya, apakah sudah atau belum turun.

Dikatakan belum turun jika skrotumnya tampak rata. Harusnya ada seperti tonjolan, meski testis anak belum turun seperti pada orang dewasa. Jika memang kecil atau rata, sebaiknya curiga jangan-jangan testis tidak turun.

Jangan anggap sepele, kita sebagai orang tua harus mengupayakan kesehatan anak kita. Memang panik akan selalu muncul setiap ada masalah pada anak, tapi kita harus berusaha lebih tenang, terus bisa bertanya dengan orang yang punya pengalaman yang sama atau cari tahu di internet pun ga ada salahnya. Kalopun belum ada jawaban yang memuaskan, bisa tanya langsung ahlinya, misalnya dokter anak, atau ahli terkait lainnya. Silahkan saling sharing yah mom & tinggalkan komentar. Nuhun ^^


REFERENSI :
________. “Pergerakan Janin Menjelang Proses Kelahiran | Janin Usia 9 Bulan Masih Aktif Bergerak”. https://ibubidan.com/1256-pergerakan-janin-menjelang-proses-kelahiran.html . (diakses pada tanggal 12 Maret 2018)

Panduanibu. ___. “Berat Badan & Tinggi Normal Bayi Baru Lahir”. http://www.panduanibu.com/bayi-0-bulan-normal/ (diakses pada tanggal 12 Maret 2018)

Yuliati Iswandiari. (2017). ” Apa Penyebab Testis Tidak Turun? Apakah Kondisi Ini Berbahaya?. https://hellosehat.com/hidup-sehat/seks-asmara/testis-tidak-turun/ (diakses pada tanggal 12 Maret 2018)

_______. “Waspadai Testis Tidak Turun Pada Bayi Laki-laki”. https://id.theasianparent.com/waspadai-testis-tidak-turun-pada-bayi/ . (diakses pada tanggal 12 Maret 2018)    

Mother and baby. 2013. “Edukasi Kematangan Janin”. https://www.motherandbaby.co.id/article/2013/12/6/1274/Edukasi-Kematangan-Janin. (diakses pada tanggal 12 Maret 2018)

Adinda Rudystina. 2014. “9 Fakta Seputar Testis yang Mungkin Belum Anda Tahu”. https://hellosehat.com/hidup-sehat/seks-asmara/fakta-seputar-testis// (diakses pada tanggal 24 Juli 2018)