Hayy para mommy, pernah ngerasain panik
karena anak diare ga? Selain diare ada demam jugakah? Aku termasuk mommy yang
ngalamin itu dan anaknya harus dirawat di RS.
Jadi waktu itu kaka usia 9 bulan demam
dan diare selama 3 hari, setiap harinya pup 5x bahkan lebih dalam sehari,
bentuknya cair. Akhirnya aku bawa ke dokter BPJS, lumayan manfaatin asuransi
kesehatan yang dikasih dari kantor, walo memang jauh sih dibanding domisili
rumahnya. Rumahnya di Kiaracondong harus ke Klinik Kesehatan daerah jalan
Titiran dekat Gasibu. Cuma tetep dicoba aja ke klinik itu.
Berhubung di klinik nya ga ada dokter
spesialis anak, otomatis periksanya ke dokter umum. Waktu itu dokter nanya
tentang riwayat awal mulanya sakit terus diperiksa kayak biasa, termasuk pegang
perutnya, keliatan banget ada kembungnya juga. Setelah diperiksa, dikasih resep
obat diare nya cuma 1 macem, bentuknya udah sirup, diliat kemasannya sih memang
obat khusus untuk diare. Aku lupa nama obatnya apa, yang pasti bukan antibiotik
sih aku liat kandungannya, kayak semacem obat untuk menyumbat supaya ga BAB
lagi.
Dicoba obatnya selama 2 hari, anaknya
susah banget dikasih obatnya, tapi tetep aja dipaksa gimana caranya. Cuma
setelah 2 hari dicoba itu, ko ga ada perubahannya yaah, masih aja diare dan
masih aja demam. Selain obat itu, dicobain juga dikasih oralit, yang serbuk
warna orange rasa jeruk, aku masukin ke dalem dot. Tapi anak tau aja yah
rasanya beda, cuma diminum sesedot aja kayaknya,hhehee.
![]() |
| Langsung diinfus di UGD, menungu pindah ke Ruangan Rawat Inap |
Panik juga pas tahun baru, tanggal 1
Januari karena klinik-klinik pada tutup, tanggal merah. Anaknya belum ada
perubahan kondisinya, akhirnya aku putusin buat bawa langsung ke UGD, karena
demamnya udah 5 hari totalnya, dan saat itu demamnya sampe 40◦C. Paling
ditakutinnya adalah anak dehidrasi dan bisa kejang.
Setelah diperiksa oleh dokter UGD, anaknya
diambil darah, dan memang leukositnya tinggi, jadi memang ada radang. Karena
perlu juga cairan tambahan dan pemeriksaan tambahan seperi pemeriksaan
fesesnya, mau ga mau anaknya harus dirawat. selama 2 hari, gak apa-apalah yang
penting anak sembuh.
Naah waktu pas visit dokter pertama
dokter langsung lihat kondisi perutnya karena diarenya, tapi dokter juga
komentar, “anaknya hernia umbilikalis Bu, harus ke dokter bedah anak, kebetulan
di sini udah gak ada dokter bedah anak, dikonsulin dulu aja.” Makin dilema
dengan anak yang juga hernia umbilikalis. Boleh dibaca juga sharing aku
tentang, “UDEL/ PUSAR BODONG ITU TERNYATA HERNIA UMBILIKALIS”.
Balik lagi ke cerita diare, waktu
dirawat itu kaka diperiksa fesesnya buat liat apakah ada kelainan seperti
lendir, bakteri, virus, atau mungkin amoeba di dalam fesesnya. Karena untuk
memastikan penyebab pasti diare nya. Cara ambil sampelnya cukup sesendok kecil
yang diberikan yah mom, ga perlu penuh sesuai tabung yang dikasih. Berhubung
anaknya sering BAB jadi gampang ambil sampelnya. Setelah hasilnya keluar,
ternyata memang ada bakteri & leukosit di fesesnya yang menandakan ada
peradangan di perutmya yang menyebabkan anaknya diare.
Anaknya pun akhirnya dikasih antibiotik
lewat infusan, lupa nama antibiotiknya apa. Tapi memang setelah dikasih
antibiotik 2x. demamnya mulai turun, frekuensi untuk BAB nya pun berkurang,
yang sebelumnya 5-6x jadi berkurang 3x/hari. Sampe hari berikutnya, kondisi
kaka semakin baik, demamnya hilang & frekuensi fesesnya kembali normal.
Setiap pagi di RS juga kaka selalu
ditimbang untuk memastikan kaka ga kehilangan berat badan karena diare. Justru
karena diguyur terus cairan infus, Kaka jadi makin keliatan montok, kalo liat
sapi mah kayak sapi gelonggongan, wkwkwkwk.
Akhirnya setelah visit dokter hari
kedua liat kondisi kaka membaik, dokter langsung ACC kaka pulang.
Ini pertama kalinya kaka dibawa ke UGD
dan dirawat di RS. Harapannya sih mudah-mudahan bisa sehat seterusnya. Amiin..
Kalo yang pengen tau lebih jelas
tentang diare, yuuk kita liat penjelasannya di bawah ini yah.
Kapan disebut diare ?
Anak
dinyatakan menderita diare bila buang air besarnya “lebih encer” dan “lebih
sering” dari biasanya. Tinja anak diare dapat mengandung lendir dan darah,
tergantung pada penyebabnya. Gejala ikutan lainnya adalah demam dan muntah.
Kadangkala gejala muntah dan demam mendahului gejala mencretnya . Penyebab
diare akut ( diare mendadak) tersering adalah karena VIRUS , khas berak-berak
air (watery), berbusa, TIDAK ada darah atau lendir, dan berbau asam.
Penyebab diare :
• Virus
(penyebab diare tersering – dan umumnya karena Rotavirus) gejala : Berak-berak
air (watery), berbusa, TIDAK ada darah lendir, berbau asam.
• GE
( flu perut) terbanyak karena virus.
• Bakteri
– Berak2 dengan darah/lendir , sakit
perut. —-Memerlukan antibioka sebagai terapi pengobatan.
• Parasite(Giardiasis)
– Berak darah+/- dan lendir, sakit perut.——perlu antiparasite
• Anak
sedang terapi dengan pemakaian antibiotilka – Bila diare terjadi saat anak
sedang dalam pengobatan antibiotika, maka hubungi dokter anda.
• Alergi
susu,- diare biasanya timbul beberapa menit atau jam setelah minum susu
tersebut , biasanya pada alergi susu sapi dan produk-produk yang terbuat dari
susu sapi.
• Infeksi
dari bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain ; misalnya infeksi saluran
kencing, infeksi telinga, campak dll.
Penularan penyakit diare :
• Makanan
dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga
atau kontaminasi oleh tangan yang kotor.
• Bermain
dengan mainan yang terkontaminasi, apalagi pada bayi sering memasukan tangan/
mainan / apapun kedalam mulut. Karena virus ini dapat bertahan dipermukaan
udara sampai beberapa hari.
• Pengunaan
sumber air yang sudah tercemar dan tidak memasak air dengan benar
• Pencucian
dan pemakaian botol susu yang tidak bersih.
• Tidak
mencuci tangan dengan bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan
tinja anak yang terinfeksi, sehingga mengkontaminasi perabotan dan alat-alat
yang dipegang.
Gejala yang timbul akibat penyakit diare
Karena
terjadinya mencret dan muntah yang terus menerus, pada awalnya anak akan merasa
haus karena telah terjadi dehidrasi (kekurangan cairan tubuh) ringan. Bila
tidak ditolong, dehidrasi bertambah berat dan timbullah gejala-gejala: anak
tampak cengeng, gelisah, dan bisa tidak sadarkan diri pada dehidrasi berat.
Mata tampak cekung, ubun-ubun cekung (pada bayi), bibir dan lidah kering, tidak
tampak air mata walaupun menangis, turgor berkurang yaitu bila kulit perut
dicubit tetap berkerut, nadi melemah sampai tidak teraba, tangan dan kaki
teraba dingin, dan kencing berkurang. Pada keadaan dehidrasi berat nafas tampak
sesak karena tubuh kekurangan zat basa (menderita asidosis). Bila terjadi
kekurangan elektrolit dapat terjadi kejang.
Prinsip pengobatan diare
Penyakit
diare dapat mengakibatkan kematian bila dehidrasi tidak diatasi dengan baik dan
dapat mencetuskan gangguan pertumbuhan (kurang gizi) bila tidak diberikan
terapi gizi yang adekuat. Sebagian besar diare pada anak akan sembuh sendiri
(self limiting disease) asalkan dicegah terjadinya dehidrasi yang merupakan
penyebab kematian. Oleh karena itu, prinsip pengobatan diare adalah:
• Rehidrasi:
mengganti cairan yang hilang, dapat melalui mulut (minum) maupun melalui infus
(pada kasus dehidrasi berat).
• Pemberian
makanan yang adekuat: jangan memuasakan anak, pemberian makanan seperti yang
diberikan sebelum sakit harus dilanjutkan, termasuk pemberian ASI. Pada diare
yang ringan tidak diperlukan penggantian susu formula.
• Pemberian
obat seminimal mungkin. Sebagian besar diare pada anak akan sembuh tanpa
pemberian antibiotik dan antidiare. Bahkan pemberian antibiotik dapat
menyebabkan diare kronik.
** Boleh saling sharing dan tinggalkan
komentar yaah mom ^^
REFERENSI :
Najwa Kayra Elvaretta.____. “Diare Pada
Anak dan Askep Diare”. https://nurkayat.wordpress.com/ratna/diare-pada-anak-dan-askep-diare/ (diakses tanggal 06 Juli 2018)












